Senin, 05 Maret 2012

SEJARAH SENI RUPA BARAT


Sejarah Seni Rupa Barat



Gaya Klasik (Romawi)
       
Sebelum berdirinya Kerajaan Romawi, Italia Tengah didiami oleh bangsa Etruska. Kebudayaan bangsa ini banyak sekali dipengaruhi oleh kebudayaan Yunani ketika bangsa ini menduduki Italia. Pengarang Romawi, Vitruvius menceritakan bahwa dalam seni bangunan, terutama kuil-kuil, banyak sekali kelihatan pengaruh tersebut. Kuburan-kuburan dibangun menyerupai cugung Yunani dan pada bagian bawah, yakni di dalam tanah dibuat seperti ruang-ruang jenazah orang Mesir.
        Dalam membangung keperluan-keperluan yang langsung dipergunakan, seperti jembatan-jembatan dan gerbang-gerbang kota, mereka memakai bentuk-bentuk lengkung dan relung-relung yang menurut dugaan para ahli adalah tiruan dari bangunan relung Mesopotamia, pengaruh yang dibawa oleh pelaut-pelaut Fenisia.
        Seni lukis Romawi dapat dijumpai di dalam rumah-rumah bangsawan di kota Pompei. Lukisan ini merupakan lukisan dinding dari kapur lembab (fresco).
        Ciri-ciri yang jelas adalah unsur-unsur perspektif yang dikemukakan yang bertentangan atau berlawanan dengan pengertian hiasan datar. Oleh karena itu lukisan ini membawa efek lain, yaitu tidak seperti kita melihat dinding yang digambari, melainkan melihat pemandangan alam yang sebenarnya. Kadang-kadang bagian yang kecil dari tembok dilukisi dengan cerita-cerita mitos yang mengesankan lukisan dinding (mural).
        Di dalam istana-istana Romawi terdapat juga lantai-lantai dalam bentuk mozaik yang memperlihatkan suasana ilusionis disebabkan unsur perspektif serta gelap dan terang dipergunakan. Contoh yang indah adalah suatu mozaik lantai yang menggambarkan pertempuran Iskandar Agung melawan orang Persia, yaitu pertempuran dekat Issus.
        Demikianlah karya-karya seni lukis Romawi yang dianggap mengikuti jejak seni lukis Yunani.
Gaya Nasrani Kuno
a.       Zaman Katakomba
Sesuatu yang tak kalah pentingnya dengan liang-liang katakomba dan ruang-ruang ibadat ialah tulisan-tulisan pada kuburan-kuburan dan kisah-kisah yang dilukiskan pada dinding dan langit-langit. Tulisan-tulisan merupakan ucapan-ucapan hormat dan cinta kasih kepada yang meninggal. Semua lukisan merupakan hiburan dan pendorong bagi yang hidup. Semua lukisan menggambarkan kebangunan-kebangunan di dalam kuburan dan pertolongan-pertolongan ajaib (mukjizat) dari siksaan dan malapetaka. Kebangkitan Lazarus, hikayat Yunus dengan ikan paus, Daniel di liang singa, Suzanna dan orang tua, tentang tiga orang laki-laki dalam api pembakaran, Nabi Nuh dengan kapalnya, hikayat Nabi Musa dan sebagainya. Ada pula lukisan-lukisan orang-orang yang telah mati sedang bersembahyang di sorga atau sedang menikmati hidangan yang lezat-lezat.


Karya seni lukis Nasrani Kuno ini tampaknya memang masih sangat dipengaruhi seni lukis Romawi. Maka tidak jarang lukisan Nabi Isa yang terdapat dalam Katakomba dibuat seperti Orpheus yang dengan nyanyiannya menjinakkan binatang buas. Makhluk dalam kisah Andromeda dilukiskan sebagai ikan paus dalam hikayat Yunus, peti kepunyaan Danae sebagai kapal Nabi Nuh. Burung bangau dalam mitos Yunani ditiru sebagai lambang keabadian, dan burung nuri sebagai lambang kebangkitan. Roh-roh dilukiskan sebagai Dewi Psyche Yunani, dewi cinta sebagai Eros, bidadari sebagai cupido bersayap, dan kebahagiaan di sorga digambarkan sebagai orang-orang yang muda belia dan sebagainya.

Di samping itu muncul pula gambar-gambar motif Nasrani asli yang murni. Lambang-lambang ini dipilih demikian rupa sehingga oleh orang-orang Nasrani yang percaya dan beriman dapat dipahami, seperti pelepah pohon zaitun, pelepah pohon palma, perahu, jangkar, pohon anggur, ikan, anak domba, burung dara, huruf dan monogram.

Jika kepercayaan Romawi dalam menanggapi suatu benda hanya lahiriahnya saja, tidak memberikanarti rohaniah, maka kaum Nasrani sebaliknya. Mereka mempercayai akan adanya pembalasan, sahid, kemenangan, serta pahala; mempercayai lambang-lambang Sakramen Nasrani serta Nabi Isa.

Lukisan-lukisan di dalam Katakomba bukanlah dimaksudkan sebagai lukisan yang menggambarkan keadaan sehari-hari, melainkan selalu membawakan pengertian keagamaan, pengertian akan hari akhirat.
b.      Zaman Basilika
Dalam tahun 313 Kaisar Konstantin memberi kebebasan kepada kaum Nasrani untuk menjalankan siar agamnya (undang-undang Milano). Dan dalam tahun 380 Kaisar Theodosius mengeluarkan pengumuman, bahwa agama Nasrani telah dijadikan agama negara. Sejak saat itu kesenian Nasrani dapat berkembang dengan leluasa.

Di bidang seni lukis, lukisan-lukisan dinding merupakan teknik mozaik yang oleh bangsa Romawi dalam zaman berhala sudah dikerjakan pada lantai-lantai istana. Seniman-seniman Nasrani lebih pandai dalam mengatur warna dan lebih cepat dapat memberi efek berkilau-kilauan dengan mempergunakan kepingan-kepingan pualam berwarna atau beling-beling yang bercat perada. Terutama warna emas latar belakang yang disapu dnegan perada, amat kemilau tampaknya, sehingga dikatakan “mozaik emas”. Kecuali perbedaan warna serta bahan yang dipergunakan, seni mozaik Nasrani Kuno sama dengan karya orang Romawi, sama dalam kebebasan komposisi, efek warna, dan cahaya serta bayangan, dan sebagainya. Contoh-contoh yang indah adalah mozaik-mozaik di makam Galla Placidia di Ravenna.

c.     Zaman Byzantium
Keping-keping (panel) kecil terbuat dari papan atau tembaga yang dilukisi, disebut ikon, banyak dijumpai. Tetapi sebagian besar telah hancur dan binasa. Sebagai ciri khusus, tampak kekasaran dalam gaya. Garis-garis lurus pada kerut-kerut pakaian, sikap yang tegak, wajah yang kaku, dan tidak banyak meniru alam sesungguhnya. Ciri-ciri ini terdapat juga pada karya-karya gambar cat kaca dan mozaik-mozaik. Mozaik-mozaik di Aya Sophia oleh orang Turki telah dilabur, yang tadinya adalah hasil kesenian yang amat indah.

Setelah Kaisar Theodorik meninggal, Kaisar Justinianus memerintahkan menyelesaikan gereja-gereja yang terbengkalai di Ravenna. Kemudian disuruhnya pula membuat mozaik yang menggambarkan baginda dengan permaisuri diiringi seisi istana. Raja dan ratu tampak memakai nimbus sebagai mahkota. Dalam barisan yang lurus tampak iring-iringan berjalan bersisi-sisian. Pad agambar-gambar suci, baik kerut-kerutan pakaian, sikap dan roman muka, tampaknya amat serupa, sehingga kelihatannya seperti hiasan yang bermotif itu-itu juga atau diulang-ulang, tidak merupakan gambar-gambar daripada orang-orang yang berlainan. Cara yang kasar dan kaku ini adalah ciri khas seni Bizantium yang berkesan dekoratif.
Gaya Romanesk (Romanisme)

Peradaban orang Eropa Utarajauh terbelakang dibandingkan dengan peradaban orang Bizantium dan Romawi. Perpindahan penduduk secara besar-besaran dan berakhirnya kekuasaan Kekaisaran Romawi menyebabkan terhentinya peradaban di Eropa Utara, yang sesungguhnya baru mulai ditingkatkan oleh orang Romawi. Ada juga rahib-rahib dari gereja Benendikta pada abad ke-8 yang berusaha membawa peradaban ke utara, yang disokong oleh Karel Agung. Usaha itu banyak membawa kemajuan, tetapi kemudian hancur pula oleh peperangan-peperangan yang dilakukan oleh turunan Karel Agung sendiri. Dan dengan adanya penyerbuan bajak-bajak laut Norwegia pada tahun 800-1000, diganyang pula sisa-sisa yang masih ada. Maka hancurlah kebudayaan Eropa.
       
Keadaan pada abad ke-9 dan ke-10 sedemikian bergolaknya, sehingga ilmu pengetahuan dan kesenian hanya dapat berkembang di biara-biara saja. Maka taklah dapat disangkal, kalau abad ke-10 itu dinamakan orang “Abad Besi”.
       
Setelah berlalu tahun 1000, kemajuan-kemajuan mulai terlihat. Usaha ini pada masa itu hanya dipimpin oleh kaum agama. Oleh sebab itu kesenian pada abad tersebut amat dipengaruhi oleh suasana keagamaan. Usaha-usaha dalam berbagai bidang pun mulai bergerak cepat.
       
Tentang bangunan-bangunan atau kesenian profan belum menjadi persoalan dan tidak pernah dipikirkan.
       
Seni lukis Zaman Romanesk hanya terbatas pada lukisan di atas kertas perkamen sebagai ilustrasi buku yang ditulis dengan tangan. Lukisan-lukisan dinding pada gereja-gereja Romaneska yang gelap boleh dikatakan sedikit sekali. Lukisan-lukisan dalam bentuk keping-keping (panel) dapat dikatakan tidak ada sama sekal.
       
Apa yang terlihat dalam seni patung, maka pada seni lukis demikian pula. Penggambaran senantiasa lebih mengutamakan cita agama daripada kenyataan duniawi. Jadi, kesenian hasil seni Romanesk disebut ideoplastis. Pengertian yang dikandung lebih diutamakan daripada bentuk. Tuhan dan agama menjadi pusat kegiatan mencipta.
       
Penjelmaan lain dari bentuk alam adalah ciri yang menonjol dari gaya Romanesk, sama kuatnya di bidang seni patung dan seni lukis. Unsur perspektif tidak ada. Warna terdapat pada bidang rata, sehingga mengesankan karya dekoratif sesuai dengan bentuk miniaturnya. Demikian pula dengan seni mosaik, kaca patri pada jendela-jendela memberikan kesan yang serupa. Jadi, pada lukisan tidak terdapat perspektif bentuk maupun perspektif warna.
Gaya Gotik
a.     Seni Lukis Kaca
Seni kaca jendela yang tertua menunjukkan dibuat pada abad ke-12. Kaca-kaca berwarna dipotong-potong menurut bentuk yang telah ditentukan, lalu disambung-sambung dengan patrian. Kecuali timah-timah, dipakai juga besi sebagai bingkai untuk penahan tekanan angin. Jendela-jendela dibagi pula atas petak-petak yang sama dan tiap-tiap petak mempunyai gambar sendiri-sendiri. Tetapi ada juga jendela-jendela yang keseluruhan bidangnya merupakan sebuah lukisan. Palang-palang besi bingkai dipasang membelah-belah lukisan.

Seni lukis kaca yang demikian ini tidak dapat dibuat orang lagi sesudah abad ke-12,13. Sebabnya justru karena hasil dari teknik yang belum sempurna, penuh dengan susunan kaca yang tidak sama jenisnya, itulah yang menimbulkan efek yang kemilau. Sebenarnya karya ini merupakan mozaik kaca.

Jendela-jendela Chartres yang termasyur adalah karya-karya Gotik masa permulaan perkembangannya, yakni karya abad ke-12 dan permulaan abad ke-13.
 
b.     Lukisan Dinding dan Lukisan Panel

Pada zaman Romanesk seni lukis terbatas pada pelukisan-pelukisan miniatur. Pada zaman permulaan Gotik hampir tidak berbeda hanya gayanya lebih menggambarkan corak “fisioplastis” (meniru bentuk alam), yakni menekankan pada lahiriah.

Sesudah tahun 1300 barulah terdapat lukisan-lukisan pada kepingan (panel) atau lukisan di tembok-tembok. Tetapi orang menganggap para ahli agak keberatan untuk memasukkannya ke dalam golongan karya Gotik, karena di Italia Gotik kurang mendapat penghargaan.

Pelopor fisioplastis adalah Cimabue (± 1240 – 1300). Yang dapat dikatakan sealiran, meskipun baru dalam taraf permulaan, adalah Duccio. Murid Cimabue yang menjadi terkenal ialah Giotto (1260 – 1330). Meskipun Gotto ini melukis keadaan alam seperti kenyataannya, tetapi tidak jarang ia melukis menurut perasaan-perasaannya. Untuk mendapat efek warna, gambar kuda diberinya warna merah, pohon-pohon biru, dan sebagainya. Perspektif juga diabaikan dengan tujuan untuk mendapatkan efek yang lebih memuaskan.

Pelukis besar pada zaman Gotik ini ialah pelukis Belanda, Jan van Eyck. Dan yang terakhir termasuk besar pula adalah Jeroen Bosch (± 1450 – 1516). Meskipun masa kerjanya terus sampai ke abad ke-16, tetapi ia masih tergolong seniman akhir zaman tengah.

Perbedaan Jeroen Bosch dengan pelukis-pelukis lainnya ialah, jika pelukis-pelukis lain melukiskan tema-tema agama dalam unsur kesucian, seperti pahala, bidadari, dan sebagainya, Bosch sebaliknya. Ia melukiskan tema-tema agama dalam bentuk unsur-unsur dosa, neraka, iblis, kedurhakaan dan lain-lain. Dialah pelukis besar penutup zaman tengah.

Akhir zaman tengah ini melahirkan pelukis-pelukis terkenal, dari Perancis Jean Fouquet (1415–1485),Jerman mempunyai Stephan Lochner (± 1400 – 1452),Martin Schongauer (1455–1491), Michael Wolgmunt (1434–1519), dan Belanda Comelis Engebrechtsz (1468–1533).

Renaissance
Aliran Renaissance adalah suatu aliran baru yang lahir di Italia. Bermula pada abad ke-15 dan mencapai puncaknya pada abad ke-16. kota yang terkenal tempat berpusatnya aliran ini adalah Florence.
       
Renaissance berarti kelahiran baru, suatu pandangan hidup yang merupakan sanggahan bagi Zaman Tengah. Untuk mengetahui dan menelaah aliran Renaissance dan sebab-sebab adanya kelahiran baru ini, hendaklah kita menoleh kembali, ke abad-abad sebelumnya, terutama ke Zaman Tengah.
       
Sebabnya periode ini dinamakan kelahiran baru, karena pada abad-abad sebelumnya, apa-apa yang lahir baru ini sudah lahir juga pada masa itu. Hanya saja karena pada abad-abad yang lalu itu apa-apa yang lahir itu tidak atau belum mendapat perhatian, bahkan mendapat tekanan. Maka pada permulaan abad ke-15 ia lahir kembali, akan tetapi tidak berarti bahwa ia tidak mendapat tantangan atau halangan-halangan pula. Halangan-halangan dan rintangan tetap ada.
       
Sebagai contoh bahwa pada permulaan abad ke-15 ini paham Renaissance masih keras ditentang, terjadi pada diri Bruno (1548 – 1600). Ia dihukum bakar karena mengemukakan pahamnya yang dianggap menentang agama Nasrani. Demikian juga dengan Galileo (1564 – 1642), ahli ilmu falak dan filsuf utama yang dihukum penjara dengan tidak ditentukan lamanya, jadi rintangan itu masih ada dan sama benar dengan peristiwa yang menimpa diri Socrates (470 – 400 SM). Ia dihukum mati (minum racun) karena ia telah berani menurunkan filsafat dari langit ke bumi. Jadi, apa yang dilakukan oleh Socrates, filsuf besar itu, belum mendapat sambutan yang baik atau tidak ditampatkan pada tempat yang sewajarnya. Hal ini masih terjadi pada Zaman Renaissance ini. Jadi nyatlah bahwa rintangan itu masih ada, hanya saja desakan serta nafas zaman ini lebih memberi kesempatan untuk menanggapi segala buah pikiran dan penemuan-penemuan baru.
       
Sejarah seni rupa tidak terlepas dari perkembangan sejarah dunia. Sejarah dunia dibagi atas 4 bagian, yaitu:
  1. Zaman Kuna : dari ± 4000 sebelum tarikh Masehi, sampai 476 sesudah tarikh Masehi, yaitu jatuhnya Kekaisaran Romawi Barat;
  2. Zaman Tengah : dari 476 – 1492, yaitu sampai ditemukannya Benua Amerika;
  3. Zaman Baru : dari 1492 – 1789, yaitu sampai Revolusi Perancis;
  4. Zaman Modern : dari 1789 – sekarang;

Maka sejarah seni rupa termasuk pada bagian-bagian tersebut denagn periodenya masing-masing.
       
Zaman Prasejarah termasuk dalam golongan ke-1, yaitu Zaman Kuna. Kemudian disusul dengan Zaman Mesir, Babilonia, Asiria, Persia, Yunani dan Romawi, yang semuanya tergolong Zaman Kuna.
       
Dari ± 500 s/d ± 1000 disebutkan masa pembentukan. Tahun ± 1000 s/d 1300 disebutkan masa berkembang (gemilang), dan 1300 s/d 1500 disebut masa kemunduran. Inilah yang termasuk dalam Zaman Tengah.
Dari ± 1500 ialah Zaman Renaissance, yang sesungguhnya masa pembentukkannya telah dimulai ± 1420. Aliran Renaissance ini dilanjutkan dengan aliran Barok hingga akhir abad ke-18.
Dari akhir abad ke-18 sampai sekarang ini termasuk Zaman Modern yang melahirkan aliran-aliran seni rupa modern, seperti Impresionisme, Ekspresionisme, Kubisme, Dadaisme, Futurisme, dan lain-lain.

Mengapakah Renaissance justru lahir di Italia? Sebabnya, oleh karena kebudayaan Romawi yang telah demikian tinggi dan majunya, maka perekonomian dan perdagangan berkembang dengan baik, sehingga melahiorkan golongan-golongan saudagar dan hartawan yang berdiam di bandar-bandar Italia.

Pada Zaman Tengah yang berkuasa adalah kaum agama. Pendeta dan gereja memegang peranan penting dalam politik pemerintah, serta kegiatan seni pada umumnya, dan seni rupa pada khususnya dipengaruhi pula oleh cara berpikir dan suasana masyarakat dewasa ini. Semua kegiatan seni adalah untuk hal-hal yang berhubungan dengan ketuhanan dan kerohanian. Cita rasa, keserasian pandangan menurut estetika Gotik, terlukis pada komposisi yang menjulang ke atas (vertikalisme), melambangkan keyakinan akan kekuasaan gaib di atas segala-galanya.

Paham Zaman Tengah ini disebut teosentris, oleh karena segala kegiatan dipusatkan kepada Tuhan. Manusia merasa dirinya tidak berdaya, hina papa – segala-galanya adalah kehendak Yang Maha Kuasa.
Dengan timbulnya golongan hartawan yang mempunyai harta benda yang berlimpah-limpah, maka mereka tetap berusaha untuk tetap hidup mewah dan mengumpulkan harta kekayaan sebanyak-banyaknya. Oleh karena itu, zaman ini disebut juga zaman permulaan kapitalisme.
Golongan hartawan ini tidak berminat lagi untuk menyuruh anak-anak mereka menjadi pendeta atau pahlawan perang. Perhatian mereka mulai ditunjukkan pada hal-hal duniawi dan sifat Renaissance yang mudah dikenal antara lain, ialah ciri-cirinya yang individualistis.

Untuk melaksanakaan keinginan kaum hartawan tersebut, tentulah mereka harus lebih banyak memperhatikan masalah manusia di sekitarnya. Perdagangan dan pelayaran harus diperluas. Terutama ke negeri-negeri timur yang dianggap kaya raya; menurut khayalan orang pada masa itu pantainya berpasirkan intan permata dan berbatukan bungkalan emas.

Untuk mencapai cita-cita ini mereka harus lebih banyak mengenal alam seperti mengenal bumi, bulan serta bintang-bintang di cakrawala guna kepentingan ilmu pelayaran. Juga membiayai usaha-usaha ilmiah seperti penyempurnaan pedoman hingga dapat memperluas dunia pelayaran sampai-sampai ke India (Vasco da Gama 1497) dan ke  Amerika (Columbus 1492).
Para sarjana haruis dibantu usahanya semikian juga seniman-seniman yang bekerja untuk memberikan kemewahan, baik dalam seni pakai, seni murni, seni suara, dan musik semuanya mendapat perhatian dan sokongan besar dari para hartawan

Dalam Zaman Renaissance ini kaum cerdik pandai dan seniman mulai mendapat perhatian dan bantuan yang sangat menguntungkan bagi usaha-usaha mereka. Dan kaum hartawan menilai dari segi keuntungan material yang dapat mereka peroleh dengan adanya usaha-usaha membantu kaum cerdik pandai dan seniman.
Pandangan yang tadinya dipusatkan pada masalah ketuhanan, sekarang dibelokkan ke arah pandangan baru, yaitu memusatkan kepada manusia, sehingga aliran ini dikatakan bersifat antroposentris.

Selain dari timbulnya gejala kapitalisme, individualisme, memperbedakan seorang dengan yang lain, sebab yang utama juga ialah karena ada timbul aliran atau paham baru yang menentang agama Katolik – Roma.

Banyak pemimpin agama yang tidak menaati undang-undang atau peraturan gereja, penyelewengan dan korupsi dalam pengangkatan uskup-uskup, dan sebagainya. Maka kekuasaan kaum agama mendapat reaksi besar. Kelanjutannya muncul gerakan Reformasi yang dipimpin oleh Martin Luther (seorang guru besar pada perguruan tinggi di Wittenberg, terkenal dengan Konfesi Augsburg sebagai pengakuan mashabnya). Pandangan baru di kalangan reformasi yang beranggapan bahwa bukan hanya gereja saja sebagai alat satu-satunya untuk dapat menyatukan diri dengan Tuhan, menjadi salah satu unsur pula dalam kelahiran sifat-sifat antroposentris.

Pada gambar-gambar atau lukisan maupun seni pahat serta seni bangunan zaman Renaissance, dapat terlihat cirinya yang nyata melalui hukum naturalisme dan komposisi yang melebar atau horizontal.
Jika dalam karya gotik kita melihat karya yang serba ke atas (vertical), maka karya zaman Renaissance ini kita melihat yang serba melebar (horizontal).
Pengaruh Renaissance dalam seni lukis terlihat pada anatomi, proporsi, perspektif, warna, cahaya, komposisi, dan juga mengenai tema.

Tokoh-tokoh Renaissance :
  1. Leonardo da Vinci (1452 – 1519) Karyanya yang terkenal :The Last Supper               Monalisa
  2. Raffael Santi (1483 – 1520)Karyanya yang terkenal : Madonna im grunen
  3. Michelangelo (1475 – 1564)Karyanya yang terkenal :Caravaggio
Barok
       
Barok (Baroque) lahir pada bagian kedua dari pertengahan abadak ke-16, sebagai pertanda bermulanya pengaruh kesenian di Italia yang sesudah tahun 1600 menyerbu ke seluruh Eropa.
       
Barok berasal dari kata Romawi yang berarti “tidak beraturan” atau “menyimpang”. Dalam perkembangannya, Michelangelo dan Palladio dianggap sebagai Bapak Barok, karena keduanyalah seniman yang menjiwai paham ini.
       
Renaissance melepaskan cara berpikir Zaman Tengah yang berbau gereja. Akibat kelanjutan pandangan hidup ini ia bergerak makin maju, lebih memperhatikan dunia ini secara rasional. Kemajuan pandangan inilah yang menghayati seni Barok, sebagaimana lazimnya pertumbuhan seni yang sudah-sudah.
       
Peter Paul Rubens (1577 – 1640), seorang seniman Belanda, pergi ke Italia untuk belajar pada seniman-seniman besar Italia pada zaman itu. Akhirnya Rubens inilah yang terkenal sebagai pelopor seni Barok.
       
Rubens melukiskan tubuh-tubuh orang penuh dengan otot-otot serta tokoh-tokoh perkasa seperti karya gurunya, Michelangelo disertai pula oleh warna yang gilang-gemilang yang diwarisi dari gurunya, Titian. Komposisinya merupakan manusia yang banyak dengan erak yang bergejolak gelisah.
       
Ciri yang jelas terlihat pada Zaman Barok ini ialah seniman lebih bebas atau leluasan menempatkan dirinya pada hasil-hasil karyanya, sehingga warna tampaknya lebih cemerlang serta ukir-ukiran lebih bergaya, dan efek cahaya lebih mengesankan. Juga gerak dan karakter pakaian, kain-kain (drapery) pada seni patung diberi aksen hingga lebih memperlihatkan gerak yang hidup dan wajar. Karya Rubens:  Maria Medici
       
Zaman ini melahirkan pula pelukis besar yang amat terkenal ke seluruh dunia hingga masa sekarang. Dia adalah Rembrandt van Rijn (1606 – 1669)
       
Lukisa Rembrandt yang terkenal adalah “Nacht Wacht”. Ia tidak banyak mempergunakan warna seperti Rubens. Kadang-kadang ia hanya mempergunakan warna yang monoton saja. Kekuatan Rembrandt adalah pada penyusunan cahaya. Dengan permainan cahaya ia dapat mengemukakan tema lukisannya. Di samping teknik yang dikuasainya, hasil karyanya dapat menyelami lubuk hati manusia. Karya Rembrandt: Nacht Wacht
Rococo
       
Pada abad ke-17 Roma adalah pusat perhatian dunia di lapangan seni rupa, seperti Paris pada masa sekarang. Di situ berkumpul seniman-seniman dari seluruh Eropa. Banyak juga yang bermukim untu mempelajari karya-karya besar seniman Rennaissance dan Barok.
       
Salah satu pengaruh yang amat menonjol dan hubungan seniman-seniman luar Italia dengan seniman-seniman Rennasissance adalah penempatan pemandangan cara Italia. Mereka mengikuti jejak-jejak seniman-seniman Rennaissance yang mempergunakan komposisi Rennaissance yang berdasarkan komposisi Klasik, sehingga taman-taman, pohon-pohonanm semuanya dipangkas rata, tidak menjulang ke udara. Demikian pula aliran horizontalisme kaut berpengaruh, yang disebut gaya Italia.
       
Pada pertengahan abad ke-18 kelihatan pengaruh Barok mulai menurun. Sifat-sifatnya yang lincah, penuh perasaan, mulai kabur. Hal ini disebabkan oleh karena seni Barok sudah demikian tinggi mencapai tingkat yang ditujunya, sehingga sudah tidak melihat lagi jalan untuk perkembangan selanjutnya. Keadaan yang demikian dinamakan “Rococo”, yakni suatu istilah penamaan bagi kemunduran seni Barok. Istilah ini diambil dari kata “Rocaille”, yakni seni kulit kerang, suatu hiasan yang amat digemari pada waktu itu. Tetapi bukanlah karya seni yang tinggi mutunya, melainkan seni pasaran saja.
       
Di Perancis terlihat pengaruh Rococo lebih meluas setelah wafatnya Louis IV. Gaya Rococo Prancis yang khas adalah lukisan –lukisan Jean Antoine Watteau (1684 – 1721). Aliran ini membawakan sikap-sikap yang berkehendak kepada kebebasan kosong, berlebih-lebihan, dan dibuat-buat.
Abad Kesembilan Belas
a.        Klasisisme

Pada zaman ini Napoleon mengagumi kegagahan bangsa Romawi. Ia menyenangi arsitekturnya yang kukuh tegas, melambangkan keperkasaan. Akan tetapi, meskipun Napoleon menyenangi sifat-sifat yang kukuh perkasa itu, unsur-unsur yang baik dari Zaman Yunani dan dari Zaman Tengah diterimanya juga. Oleh karena itu periode ini disebut “Klasisisme”.

Kehidupan para seniman sampai pertengahan abad ke-19 masih tetap tergantung atau dilindungi oleh kaum bangsawan atau orang-orang kaya, sehingga mereka masih menduduki kelas yang baik dalam masyarakat.
Pada permulaan abad ke-19 lahir berbagai aliran neo. Hal ini disebabkan karena orang telah mulai menemui kebuntuan setelah mengalami klimaksnya pada Zaman Barok, yang telah ditandai oleh kelahiran Rococo.

Pada setiap zaman, jika pegangan orang banyak sudah mulai kabur, biasanya lahir pula seseorang yang membawakan napas baru yang segar. Maka tokoh-tokoh seni rupa mulai pula membawakan udara baru bagi perkembangan seni rupa. Seperti juga yang sudah terlazim atau menjadi tradisi manusia, jika mereka telah berada semikian maju dalam suatu kegiatannya dan menemui kebuntuan, maka ia menggali kembali apa-apa yang sudah lama yang telah terpendam untuk dijadikan unsur baru bagi perkembangan kegiatannya. Maka sebagai kelanjutan Klasisisme, tumbuh Neo-gotik dengan pesat.

b.        Romantik
Aliran Romantik ditandai oleh kontras cahaya yang tegas, kaya dengan warna, dan komposisi yang hidup.

Perbedaan Romantik dengan Klasisisme terlihat juga pada pengambilan tema. Aliran Romantik senantiasa memilih kejadian-kejadian dahsyat sebagai tema, penuh khayal dan perasaan, petualangan, atau tentang kejadian-kejadian masa kuno atau tentang negeri-negeri Timur yang fantastis. Aliran ini lebih menekankan bagian yang emosional dari tingkah laku dan sifat manusia, daripada sifat yang rasional lebih mengutamakan kepercayaan dan intuisi, bukannya kecerdasan. Meskipun dalam teknik kaum Romantik sangat mahir, tetapi khayalannya akan lebih menguasai buah ciptaan mereka.

Aliran Romantik di Prancis amat kuat terlihat. Pada seni bangunannya, seperti Notre Dame, aliran ini amat jelas mengambil unsur-unsur seni Romawi dan Yunani yang diungkapkan secara romantis. Aliran ini lebih cenderung mengemukakan temperamen senimannya daripada tekniknya.

Pelukis Romantik yang terkenal adalah Theodore Gericault (1791 – 1824) dan Eugene Delacroix (1798 – 1863). Mereka senantiasa melukiskan kejadian-kejadian yang dahsyat, kegemilangan sejarah, serta peristiwa-peristiwa yang sangat gugah perasaan. Pelukis pemandangan yang dalam periose Romantik ini amat terkenal adalah Jean Baptiste Camille Corot (1796 – 1875).
c.      Impresionisme
Kata Impresionisme sebenarnya adalah kata ejekan pada lukisan Claude Monet (1840 – 1926), yang dipertunjukkan pada pameran di Paris tahun 1874.

Lukisan Claude Monet ini menggambarkan bunga teratai dalam suasana cuaca pagi hari. Warna-warnanya lembut, bentuk-bentuknya tidak tegas, kekabur-kaburan oleh cuaca dan embun pagi. Karya Monet ini ditolak oleh sebgian besar kritikus dengan dicap impresionisme (terlalu mengesankan pandangan biasa), yakni sebagai kata ejekan. Monet sebagai pelopor Impresionisme tetap meneruskan gaya melukis yang diejek ini. Ia melukiskan pemandangan alam, kesibukan kota, dan lain-lain, dengan menitikberatkan pada cuaca, yakni peralihan cuaca sepanjang hari. Aliran ini didukung oleh pelukis-pelukis Prancis lainnya yang terkenal, seperti Eduard Manet (1832 – 1883), Edgar Degas (1834 – 1971), Aguste Renoir (1841 – 1919), Camille Pissaro (1831 – 1903), dan Alfred Sesley (1840 – 1898). Di Jerman muncul pelukis Impresionisme Adolf Menzel (1815 – 1905) dan Lieberman (1874 – 1935).

d.      Neo Impresionisme
Makin majunya pengetahuan manusia tentang ilmu alam, membantu juga bagi para pelukis dalam bidangnya. Dengan ditemukannya teor warna spektrum, yang menyanggah anggapan bahwa cahaya matahari warnanya polos saja, menimbulkan inspirasi pada pelukis Signac untuk membuat teori bahwa suasana selalu dipengaruhi oleh spektrum yang berubah-ubah. endapat ini melahirkan cara melukis yang lain dari biasa. Jika biasanya orang melukis mencampurkan cat atau warna-warna terlebih dahulu diatas palet, baru kemudian disapukan pada kanvas, maka cara baru ini menempatkan langsung warna-warna secara berdekatan satu sama lain. Cara ini dinamakan divisionisme. Sebagai contoh nyata dapat dilihat pada karya mozaik. Jadi, prinsip mozaik itu ada persamaannya dengan divisinisme, meskipun bukanlah itu yang menjadi dasar. Makin kecil petak-petak warna ini, yang hampir merupakan titik-titik, maka ia dinamakan pointilisme. Kesemuanya adalah bertujuan untuk membuat efek cahaya yang kuat. Dan aliran ini disebut Luminisme, yaitu Neo Impresionisme.

Munculnya Luminisme ini disekitar tahun 1885, didukung oleh pelukis George Seurat (1859 – 1891) dan Paul Signac (1863 – 1935). Neo Impresionisme ini didukung pula oleh Paul Cezanne (1839 – 1906) dan Paul Gauguin (1848 – 1903).

e.     Realisme
Setelah menemui aliran Impresionisme, seniman-seniman mulai melihat kembali kepada kenyataan. Sesungguhnya aliran Impresionisme tidak banyak mendapat pengikut. Para pelukis lebih menaruh minta kepada kenyataan yang sesungguhnya dan meresapkannya, melukiskan kenyataan sehari-hari tanpa memberi suasana di luar kenyataan, tanpa menjiwai dengan perasaan romantis. Yang dikemukakan terutama kenyataan dari kepahitan hidup, penderita pekerja kasar, kesibukan-kesibukan kota dan pelabuhan. Cara-cara memperindah lukisan seperti kaum Romantik, mereka tinggalkan. Juga mereka menentang sikap hidup kaum Impresionis yang banyak melarikan diri dari keriuhan manusia, mencari alam yang tenang dan sepi. Pelukis Realisme yang terkenal adalah George Hendrik Breitner (1857 – 1923), sedangkan pematung Realis adalah Rodin (Perancis)

f.       Simbolisme dan Monumentalisme

Keadaan masyarakat tidak terpisahkan dari perkembangan seni. Akhirnya pandangan yang menganggap bahwa agama pun bukan saja penting, tetapi adalah faktor yang menentukan pula di dalam seni, mulai meresapi jiwa para seniman. Maka timbullah ilham untuk mewujudkan pandangan ini dalam bentuk seni. Para seniman sudah tidak puas lagi dengan kenyataan lahiriah saja. Mereka ingin menyelami lebih dari itu dan membawakannya ke atas kanvas. Rangsangan baru ini dinamakan Simbolisme. Simbolisme jangan dikacaukan atau diacampuradukkan artinya dengan pengertian simbolis. Arti simbolis ialah melambangkan sesuatu. Seperti jangkar adalah lambang harapan, timbangan dengan wanita tertutup matanya adalah lambang pengadilan, dan sebagainya. Karya Simbolisme ini pada umumnya melukiskan pergolakan batin yang menghadapi berbagai perasaan. Simbolisme yang dibawa kepada bentuk yang lebih sederhana mewujudkan hiasan atau perlambangan, maka ia dinamakan juga Monumentalisme. Simbolisme lebih mengutamakan unsur-unsur kerohanian. Sebagai imbangan dari periode Impresionisme yang telah mengabaikan faktor ketuhanan, maka pelopor-pelopor Simbolisme memulai dengan membawakan aliran ini untuk menyadari kembali akan hukum ada dan tiada.
Abad Kedua Puluh
Aliran-aliran baru yang lahir pada pertengahan bagian kedua dari abad ke-19, seperti Impresionisme, Realisme, Simbolisme, dan Monumentalisme, pada abad ke-20 masih melanjutkan perkembangannya.
       
Tokoh-tokoh terkemukanya , kecuali Vincent van Gogh (meniggal pada tahun 1980), semuanya meninggal pada permulaan abad ke-20, seperti Gauguin (1903), Cezanne (1960), dan Douanier (1910).
       
Karya keempat pelukis yang disebutkan di atas menjadi pembicaraan resmi di antara tahun  1905 – 1920. banyak orang memperdebatkan, membicarakan, dan menulis serta berteori tentang karya-karya mereka ini. Dan hasil-hasil teori inilah yang memberikan nama kepada setiap aliran itu.

a.       Fauvisme
Pelopor aliran ini ialah Henri Matiasse. Syarat untuk melihat lukisan-lukisan mereka ini hendaklah kita menyampingkan apa yang dimaksud dengan lukisan itu. Pelukisnya adalah pencinta, dan melukis karena cinta akan melukis. Kita tidak usah mencari kesungguhan isi atau meminta sesuatu yang mengandung pengertian. Mereka melukiskan apa saja yang mereka sukai. Pemandangan alam, pantai laut, alam benda, bunga-bungaan dan sebagainya, memberi warna semaunya, bahkan kalau dirasa perlu, bentuk-bentuknya diberi garis pinggir yang tegas.

b.       Kubisme
Aliran ini membawa objeknya kepada wujud bersegi-segi, punya kesan yang monumental, terutama untuk seni patung. Tokoh aliran ini adalah :
Pablo Picasso, G. Braque, Paul Cezanne

c.       Futurisme
Aliran ini sangat mengagungkan peperangan. Futurisme dapat dipandang sebagai pendobrakan faham kubisme, yang dianggap statis dalam soal komposisi, garis dan pewarnaan. Futurisme mengabdikan diri pada gerak, sehingga dalam contoh lukisannya, yaitu anjing lari dibuat kakinya banyak sekali. Tokoh aliran ini adalah :
Umbrto Boccioni, Carlo Carra, dll.

d.      Absolutisme
Alira absolutisme membuang sama sekali bentuk alam. Menurut faham aliran ini, seni lukis haruslah secara murni merupakan kesatuan dari warna-warna, garis-garis, dan bidang-bidang. Bentuk alam tiadalah tempatnya pada suatu lukisan.
Pelopor aliran ini adalah Wassily Kadinsky. Ia adalah orang Rusia yang menetap di Munchen pada tahun 1911.
e.       Esensialisme
Menurut faham aliran ini, yang esensial dalam keseimbangan kosmis adalah kesatuan dari daya angkat yang menyebabkan semuanya berada di tempatnya masing-masing. Keseimbangan kosmis adalah yang esensial dari semua yang ada. Pengungkapan yang esensial ini adalah tujuan seni. Maka itu aliran ini dinamakan Esensialisme.
Pelopor aliran ini adalah pelukis Belanda Piet Mondriaan (1872 – 1945) yang tinggal di Paris.

f.       Elementarisme
Istilah Elementarisme ini diucapkan oleh Theo van Doesburg, seorang seniman Belanda yang berpendirian bahwa dalam menciptakan hasil seni, jiwa haruslah dalam keadaan sebebas-bebasnya.

Pada karya-karya aliran ini tampak bidang-bidang diisi dengan garisi-garis miring yang dimaksud sebagai gerak, mengesankan suatu kegiatan perjuangan..

g.      Ekspresionisme
Aliran ini berusaha mencurahkan jiwa atau perasaan seluruhnya pada waktu melukis untuk menyatakan segala sesuatu yang dipiirkan maupun dirasakan pelukis terhadap objeknya. Pengolahan bentuk dan warna dicurahkan secara cepat dan spontan, sejujur-jujurnya menurut perasaan pelukis. Tokohnya adalah :
Vincent van Gogh, Paul Gaguin, Ernast, dll.
h.      Dadaisme
Aliran dada merupakan isyarat nihilistis dari ailran yang berikutnya. Aliran ini lahir di Zurich, tumbuh dalam suasana perang dunia I. sifatnya anti seni. Anti perasaan, cenderung kepada kekerasan. Karyanya serba aneh. Misalnya lukisan “Monalisa” yang diberi kumis. Tokohnya ialah Ruigi Russalo, Severini.

i.        Surealisme
Kaum surealisme berusaha membebaskan diri dari kontrol kesadaran, menghendaki kebebasan besar sebebas orang bermimpi. Gerakannya sangat dipengaruhi oleh ajaran-ajaran ilmu jiwa. Tokoh aliran ini ialah:
Salvador Dali dan J. Miro

j.         Neo Realisme
Pokok lukisan selalu diambil dari hal-hal yang nyata dan biasa. Makin biasa makin baik. Hal ini adalah suatu tantangan terhadap aliran yang diperindah, bersifat poetis, sentimental, dan romantis.
Pelukis-pelukis Neo-Realisme adalah Fermhout (1922), Schumacher (1894), Willink (1900), Pijke Kock (1910), Raoul Hynckes (1893), Dick Ket (1902).

k.       Neo Klasisme
Seni rupa yang berkembang di Eropa, mula-mula lahir di Yunani kuno. Berpusat pada homosentris. Dengan pelopornya Louis David.


Kesimpulan
Faktor utama , seni adalah sesuatu yang abstrak, terutama seni murni. Akan tetapi seni modern yang dipelopori oleh seniman-seniman Kubisme, dapatlah dilihat hasilnya yang positif, yaitu di bidang seni pakai.
        Sejak abad ke-20 ini seni rupa, terutama seni lukis, telah diberi batas tegas, mana yang seni murni dan mana yang bukan. Dulu hal ini campur aduk saja, sehingga orang selalu menemui kesulitan dalam menilai. Sejak adanya batas-batas ini, terutama di bidang seni niaga yang erat sekali hubungannya dengan perekonomian, para penilai tidak mendapat kesulitan lagi. Meskipun di satu pihak mutu seninya sudah menjadi rendah daripada pihak yang lain, akan tetapi di dalam fungsinya ia mencapai tujuannya.
        Seni abstrak berpengaruh besar di bidang seni bangunan. Maka untuk mengimbangi kemajuan yang pesat ini, seni pakai menjadi pelopor. Ia menerima unsur-unsur Abstrak, gaya Kubisme dari bidang seni murni. Dan haslnya sedikit banyaknya, meskipun secara tidak atau belum disadari, mendatangkan keuntungan juga bagi seni murni. Tentulah untuk menguraikan tentang perkembangan seni Abstrak ini memerlukan penulisan secara khusus. Akan tetapi dapat disimpulkan bahwa seni Abstrak untuk permulaan dan hingga ke penghujung abad ini dapat diterima oleh masyarakat ramai.
























Oleh Agus Masdar dikutip dari berbagai sumber

DOA KETIKA DI PUJI ORANG

DOA KETIKA DI PUJI ORANG Salaam Santun diawal Ramadhan.....  Semoga kita saling memaafkan dan tetap beristiqamah dalam kebajikan, T...